Ketapel Daud #3rd

Pedalaman Hutan adalah tempat yg cocok untuk melatih kepiawaiannya menggunakan ketapel. Daud harus mengambil resiko untuk menghadapi ‘binatang buas’ yang siap memangsanya kapan saja. Bismillah, ia tidak boleh lengah.

"Jika ada Allah di hatimu, kau tak akan pernah menderita. Makanya, Iqro’.. bacalah..”  Ia teringat pesan ayahnya kepadanya.

Semakin masuk ke dalam hutan suasana semakin mencekam. Dari kejauhan terdengar suara-suara aneh yang membuat bulu kuduknya merinding. Ia pun harus mengasah instingnya layaknya seorang hunter.


Dari balik pohon terdengar suara aneh, ia lesatkan anak panahnya.. “pprraakk!” Muncullah binatang yang tak diduganya, monyet. Hewan itu muncul secara tak terduga, hendak mencakarnya.

Daud kaget bukan kepalang. Tak disangka monyet hutan bisa menjadi seganas itu. Ia pun lari menghindar. Celakanya, monyet itu tidak sendirian. Kawanannya mulai bermunculan di belakangnya.

“Aaargghh” seekor monyet hinggap di badannya, mulai mencakarnya. Ia pukul monyet itu dengan tongkat yang dibawanya. Monyet itu pun terjungkal di belakangnya. Ia segera berlari sekencang-kencangnya keluar dari hutan.

Dengan nafas terseok-seok ia beristirahat di bawah pohon rindang bersama si Dombi di tepi hutan.

Tak habis pikir. Monyet seimut itu bisa mencakarnya habis-habisan. Bagaimana ia bisa menghadapi para raksasa seperti Goliath? Para raksasa buas jagoan perang, yang instingnya terasah di medan perang.

---


Hari demi hari pun berlalu, ia mulai terbiasa mendengarkan suara-suara aneh yang tak ia ketahui sumbernya dari siapa. Ada burung hantu dan kelelawar yang membuatnya kelabakan. Ada juga rusa, binatang itu cukup jinak namun tetap saja jika diganggu ia bisa juga menyerang. Badak yang tak tak mempan dengan tembakan ketapelnya.

Ada juga ular berbisa yang melenggok-lenggok keluar dari semak-semak membuatnya merinding ngeri. Dan tak satupun dari mereka bisa ia taklukkan. Namun yang lebih menyedihkan dari itu semua ia secara tak sengaja ‘melukai’ kelinci imut putih yang tak berdosa. Ohh, kaasiiihaaan..

Selain luka-luka dan babak belur, mungkin satu-satunya skill yang ia dapatkan adalah jurus ‘langkah kaki seribu’ nya yang semakin hari ke hari semakin gesit & lincah. Hasil dikejar-kejar binatang buas.

Hingga sehari sebelum peperangan ia merasa seperti belum bisa apa-apa. Ia jengkel bukan main. Oke, lagi-lagi ia harus membuat taruhan. Ia bertekad untuk bisa merobohkan satu binatang buas yang ia temui di hutan malam itu juga.

--

Hari mulai gelap. Sayup-sayup terdengar suara-suara mengerikan dari kejauhan. Ia melangkah dengan hati-hati ke dalam hutan. Sunyi. Senyap, hampir tanpa suara. Ia bersembunyi dalam semak belukar mengamati dari kejauhan menunggu suara binatang yang lewat. Ia melihat bayang-bayang hitam seukuran tubuh manusia sekitar 100 meter dari tempat ia berada.

Daud melesatkan ketapelnya. “Pprraaak”, terdengar suara auman binatang tanda kemarahan. Ternyata adalah Singa,  si Raja Hutan.

Ia berlari ketakutan bukan main. Singa di belakangnya mengejar-ngejarnya dengan penuh kemarahan. Jurus ‘langkah kaki seribu’ nya berkali-kali menyelamatkannya dari kejaran sang Singa. Ia harus menerobos semak-semak belukar, berlarian dari satu pohon ke pohon yang lain. Sang Singa meraum-raum, terdengar semakin murka karena berkali-kali menubruk semak-semak dan pepohonan liar di dalam hutan.

Hal yang tak jauh beda terjadi pada Daud, ia termakan oleh jalur sulit yang ia tempuh sendiri. Kulit nya terasa sobek-sobek oleh goresan tanaman berduri, tulang-tulangnya serasa mau remuk bertubrukan dengan pohon-pohon liar di hutan.

Sekali dua kali ia tembakkan ketapelnya kearah singa untuk merobohkannya. Namun lagi lagi hal itu justru membuat sang singa semakin murka.

Tenaganya semakin berkurang. Singa semakin mendekat.

“Aarrrrgggghh” baju belakangnya terkoyak oleh sang singa. Sebelum singa sempat menerkamnya lebih jauh, dengan sigap ia pukul kepala sang singa dg tongkat ketapelnya. “Bruukkk”. Sang singa pun linglung.

Selaaaamaat! Pikirnya dalam hati. Lega rasanya. Ia pun berlari semakin kencang.

Namun tiba-tiba, “Brrrruuuuukk”. Kakinya tersandung akar pepohonan, ia pun jatuh.

Dengan langkah hati-hati.. sang singa mendekati Daud dengan pandangan mata tajam, seolah tersenyum penuh kemenangan.

Daud merasakan rasa sakit luar biasa. Mungkin inilah akhir hayatnya. Ia pun pasrah kepada Allah SWT. Jika Allah di hatimu kau tak akan pernah menderita!!!

“Ayo, singa.. majulaaaaah!!!” teriakannya memecah kesunyian, membuat kegemparan ke seluruh isi hutan.

Sang Singa yang merasa tertantang, mulai berlari menyerang.

50 meter...

30 meter…

10 meter..

Dengan tatapan tajam penuh kepasrahan kepada Sang Maha Kuasa, ia menembakkan ketapelnya tanpa keraguan.

---



Tindakan tanpa keraguan adalah kunci dari pengendalian Haki!~ Silver Rayleigh

---

Pelurunya melesat hebat tajam tanpa keraguan. Dalam gerak lambat (slow motion) pelurunya melaju bagaikan roket yg mengeluarkan tenaga api di setiap incinya, tepat mengenai kepala Sang Singa.

Dan kemudian yang terjadi adalah sang Singa roboh seketika.

Alangkah terkejutnya Daud akan kejadian itu. Dengan langkah goyah rasa sakit di sekujur tubuhnya, ia pun memeriksa sang singa yang ternyata sudah tak bernyawa. Alangkah terkejutnya ia melihat kondisi sang Singa.  

Satu hal yang tak pernah terbersit dalam pikirannya sebelumnya dibukakan tepat di hadapannya. Peluru ketapelnya tepat mengenai titik lemah binatang buas tersebut. Mata Sang Singa. 

Daud pun terjatuh pingsan penuh syukur kepada Sang Maha Kuasa.


..to be continued. Insya Allah!


 

0 comments :

Posting Komentar