"Demikianlah telah
Kami jadikan kalian bangsa (ummat) yg akan menjadi wasit di tengah-tengah
(persaingan antar) bangsa, dan sebagai saksi kebenaran bagi manusia seluruhnya,
sedang Rasul itu menjadi saksi atas kemampuanmu." Al-Baqarah : 143
Di era terbukanya informasi
ini mungkin kita bertanya-tanya bagaimanakah profil sosok pemimpin yg ideal di
tengah-tengah arus globalisasi, terlebih di negara-negara berkembang seperti di
Indonesia ini. Tentu saja yg pertama-tama harus dipegang adalah kebenaran.
Sesuai dg firman Allah SWT
"Al Haqqu Min Robbikum." Sesungguhnya kebenaran itu adalah
apa-apa yg datang dari Rabbmu..
Di tengah-tengah banjirnya
informasi, kita seolah telah kehilangan makna sebenarnya dalam memegang Al-Haqq
(kebenaran Qur'an). Apalagi di tengah-tengah arus nilai-nilai hedonisme
yg mewabah menjangkiti generasi muda. Banjir informasi tidak menjadikan kita
cerdas, namun mabok informasi. Banyak karya kreasi, namun bengkok di sana
sini..
Penulis pun bertanya-tanya
apakah memang benar nilai-nilai seperti itu yg ingin kita bentuk ke generasi
muda kita nantinya?
Sebenarnya apa artinya menjadi
seorang muslim di masyarakat hedon seperti ini? jawabannya sederhana,
cukup tinggikan kalimat-kalimat Allah di atas kalimat-kalimat yang lain di
dalam hati kita masing-masing, untuk selanjutnya bisa kita jadikan pegangan
dalam mengambil keputusan dalam hidup, karena memang itulah definisi keimanan.
Mempelajari Al-Qur'an tanpa
keimanan hanya akan merusak makna-makna yang ada di dalamnya. Orang yang
punya iman akan membuat kalam-kalam Allah menjadi indah terdengar, karena memang
menjadi solusi dalam setiap permasalahan hidup manusia. Tidak ada istilah
mengekang dalam Islam jika dilandasi oleh keimanan. Lain halnya jika dilandasi
oleh tradisi (ikut-ikutan).
Islam itu sederhana.
Sesederhana Bilal yg ingin beriman dg sepenuh hati walaupun ia adalah seorang budak yg tak tahu apa-apa.
Bila itu yg terjadi padamu, berarti kita sama. Namun, bila kau merasa ini ga
penting untuk diketahui, abaikan saja :D Percayalah, Islam itu sederhana.. dari pada diperbudak media, lebih baik kita berislam dg sederhana, namun
sepenuh hati, apa adanya..
Nah, bagaimana sosok pemimpin
ideal itu? yang pasti tidak diktator (otoriter), maka dari pada saling mencela, lebih baik kita merapat ke kubunya masing-masing. Karena mereka yang tidak
sepaham (sevisi), tidak akan pernah bisa bersatu. Sama halnya dalam hal kepemimpinan.
“Sebaik-baik pemimpin
kalian adalah mereka yg kalian cintai, dan merekapun mencintai kalian. Mereka
mendoakan kalian, dan kalian pun mendoakan mereka.
..dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yg kalian benci, dan mereka pun
membenci kalian. Kalian melaknat mereka, dan mereka pun melaknat kalian.”
~ HR. Muslim
Jalan Islam adalah jalan
menuju perdamaian seluruh umat manusia. Karena Islam yang lurus akan selalu
sesuai dan selaras dengan fitrah kemanusiaan. Perlu sama-sama kita tahu, Era informasi adalah era
peralihan terbesar dalam sejarah manusia. Karena informasi bertebaran dengan
begitu bebasnya, emosi manusia juga akan tersulut dengan begitu mudahnya.
Sehingga banyak terjadi pertikaian-pertikaian yang sebenarnya tidak ada (dan tdk perlu terjadi), namun diada-adakan oleh segelintir orang yg ingin mengambil
keuntungan.
Kekuasaan adalah sumber
fitnah (maka tenang aja, ane akan dg senang hati menjauhinya). Silahkan
yang lebih tahu soal itu mengambil posisinya masing-masing. "Ane ga akan berkomentar soal politik kalo hanya buat ditimpuki rame-rame." yah,
itulah suka duka hidup di masyarakat demokrasi. Kalo mayoritas masyarakatnya bener,
ya selamat.. kalo salah ya kiamat!
Padahal dari Allah, oleh
Allah, untuk Allah.. itulah kebenaran. Bukan kata-kata kebanyakan orang.
Dari sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah Islam terlahir, dan
berkembang ke seluruh penjuru bumi. Dengan tujuan agar manusia terbebas dari
kedzaliman berbagai macam dien (sistem hidup), menuju keadilan Al-Islam.
Sebuah catatan ttg Fiqih
Minoritas untuk kita :
Menurut Syaifudin Zuhri,
kebutuhan akan fiqih minoritas dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya angka
demografis masyarakat Muslim dan lembaga-lembaga Islam yang didirikan di
negara-negara Barat. Tentu saja mereka harus berhadapan dengan
persoalan-persoalan unik dalam mempraktekkan fiqih.
Persoalan yang tidak terjadi
di negara-negara Muslim. Mereka harus berhadapan dengan persoalan bagaimana
menerapkan syariat dalam konteks masyarakat Barat namun tetap terjaga
kemasalahat mereka. Maka fiqih minoritas menjadi jalan keluarnya.
"Sangat tidak logis
jika keberhasilan ekspansi Islam dapat diwujudkan jika semata-mata karena
kekuatan militer dan senjata. Jerald F Dirk mengungkapkan bahwa ekspansi
Islam berhasil diwujudkan lebih disebabkan oleh karena kepercayaan mereka
terhadap Rasulullah dan sistem politik yang dibangun di Madinah.
Setiap kali umat Islam
melakukan ekspansi, mereka justru dibantu oleh orang-orang pribumi yang bangkit
untuk melakukan revolusi terhadap pemimpin mereka sendiri yang kejam. Massa
pribumi secara aktif membantu orang-orang Islam, dan Islam sendiri
dipersepsikan sebagai agama pembebas yang akan menjamin terbentuknya
pemerintahan yang adil dan tidak berpihak.
Pada kasus Kekaisaran
Bizantium jelas terlihat, bahwa jizyah yang dikumpulkan pemerintah Muslim
dari kelompok non-Muslim dipandang tidak membebani mereka karena jauh lebih
kecil dibandingkan dengan pajak-pajak sebelumnya yang dituntut oleh pemerintah
Kristen.
Dari ilustrasi di atas dapat
disimpulkan bahwa Islam memiliki konsep yang komprehensif sebagai rahmatan
lil alamin."
- End -
0 comments :
Posting Komentar