Di era terbukanya informasi ini mungkin kita bertanya-tanya bagaimanakah profil sosok pemimpin yg ideal di tengah-tengah arus globalisasi, terlebih di negara-negara berkembang seperti di Indonesia ini. Tentu saja yg pertama-tama harus dipegang adalah kebenaran.
Sesuai dg firman Allah SWT "Al Haqqu Min Robbikum." Sesungguhnya kebenaran itu adalah apa-apa yg datang dari Rabbmu..
Di tengah-tengah banjirnya informasi, kita seolah telah kehilangan makna sebenarnya dalam memegang Al-Haqq (kebenaran Qur'an). Apalagi di tengah-tengah arus nilai-nilai hedonisme yg mewabah menjangkiti generasi muda. Banjir informasi tidak menjadikan kita cerdas, namun mabok informasi. Banyak karya kreasi, namun bengkok di sana sini..
Penulis pun bertanya-tanya apakah memang benar nilai-nilai seperti itu yg ingin kita bentuk ke generasi muda kita nantinya?
Sebenarnya apa artinya menjadi seorang muslim di masyarakat hedon seperti ini? jawabannya sederhana, cukup tinggikan kalimat-kalimat Allah di atas kalimat-kalimat yang lain di dalam hati kita masing-masing, untuk selanjutnya bisa kita jadikan pegangan dalam mengambil keputusan dalam hidup, karena memang itulah definisi keimanan.
Mempelajari Al-Qur'an tanpa keimanan hanya akan merusak makna-makna yang ada di dalamnya. Orang yang punya iman akan membuat kalam-kalam Allah menjadi indah terdengar, karena memang menjadi solusi dalam setiap permasalahan hidup manusia. Tidak ada istilah mengekang dalam Islam jika dilandasi oleh keimanan. Lain halnya jika dilandasi oleh tradisi (ikut-ikutan).
Islam itu sederhana. Sesederhana Bilal yg ingin beriman dg sepenuh hati walaupun ia adalah seorang budak yg tak tahu apa-apa. Bila itu yg terjadi padamu, berarti kita sama. Namun, bila kau merasa ini ga penting untuk diketahui, abaikan saja :D Percayalah, Islam itu sederhana.. dari pada diperbudak media, lebih baik kita berislam dg sederhana, namun sepenuh hati, apa adanya..
Nah, bagaimana sosok pemimpin ideal itu? yang pasti tidak diktator (otoriter), maka dari pada saling mencela, lebih baik kita merapat ke kubunya masing-masing. Karena mereka yang tidak sepaham (sevisi), tidak akan pernah bisa bersatu. Sama halnya dalam hal kepemimpinan.
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yg kalian cintai, dan merekapun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian, dan kalian pun mendoakan mereka.
..dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yg kalian benci, dan mereka pun membenci kalian. Kalian melaknat mereka, dan mereka pun melaknat kalian.” ~ HR. Muslim
Jalan Islam adalah jalan menuju perdamaian seluruh umat manusia. Karena Islam yang lurus akan selalu sesuai dan selaras dengan fitrah kemanusiaan. Perlu sama-sama kita tahu, Era informasi adalah era peralihan terbesar dalam sejarah manusia. Karena informasi bertebaran dengan begitu bebasnya, emosi manusia juga akan tersulut dengan begitu mudahnya. Sehingga banyak terjadi pertikaian-pertikaian yang sebenarnya tidak ada (dan tdk perlu terjadi), namun diada-adakan oleh segelintir orang yg ingin mengambil keuntungan.
Kekuasaan adalah sumber fitnah (maka tenang aja, ane akan dg senang hati menjauhinya). Silahkan yang lebih tahu soal itu mengambil posisinya masing-masing. "Ane ga akan berkomentar soal politik kalo hanya buat ditimpuki rame-rame." yah, itulah suka duka hidup di masyarakat demokrasi. Kalo mayoritas masyarakatnya bener, ya selamat.. kalo salah ya kiamat!
Padahal dari Allah, oleh Allah, untuk Allah.. itulah kebenaran. Bukan kata-kata kebanyakan orang. Dari sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah Islam terlahir, dan berkembang ke seluruh penjuru bumi. Dengan tujuan agar manusia terbebas dari kedzaliman berbagai macam dien (sistem hidup), menuju keadilan Al-Islam.
Sebuah catatan ttg Fiqih Minoritas untuk kita :
Menurut Syaifudin Zuhri, kebutuhan akan fiqih minoritas dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya angka demografis masyarakat Muslim dan lembaga-lembaga Islam yang didirikan di negara-negara Barat. Tentu saja mereka harus berhadapan dengan persoalan-persoalan unik dalam mempraktekkan fiqih.
Persoalan yang tidak terjadi di negara-negara Muslim. Mereka harus berhadapan dengan persoalan bagaimana menerapkan syariat dalam konteks masyarakat Barat namun tetap terjaga kemasalahat mereka. Maka fiqih minoritas menjadi jalan keluarnya.
"Sangat tidak logis jika keberhasilan ekspansi Islam dapat diwujudkan jika semata-mata karena kekuatan militer dan senjata. Jerald F Dirk mengungkapkan bahwa ekspansi Islam berhasil diwujudkan lebih disebabkan oleh karena kepercayaan mereka terhadap Rasulullah dan sistem politik yang dibangun di Madinah.
Setiap kali umat Islam melakukan ekspansi, mereka justru dibantu oleh orang-orang pribumi yang bangkit untuk melakukan revolusi terhadap pemimpin mereka sendiri yang kejam. Massa pribumi secara aktif membantu orang-orang Islam, dan Islam sendiri dipersepsikan sebagai agama pembebas yang akan menjamin terbentuknya pemerintahan yang adil dan tidak berpihak.
Pada kasus Kekaisaran Bizantium jelas terlihat, bahwa jizyah yang dikumpulkan pemerintah Muslim dari kelompok non-Muslim dipandang tidak membebani mereka karena jauh lebih kecil dibandingkan dengan pajak-pajak sebelumnya yang dituntut oleh pemerintah Kristen.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki konsep yang komprehensif sebagai rahmatan lil alamin."
- End -